Nenek Moyang Kita Dahulu Siapa?

Refleksi Sejarah dalam Arah Kebijakan Pembangunan ke depan

Nenek moyangku seorang pelaut […]

Tampaknya menarik jika berbicara tentang sejarah. Karena ketika berbicara tentang sejarah, seketika kita akan merasa bangga pada masa lalu bangsa ini. Seperti satu kalimat potongan lagu masa kecil tentang siapa dan dari mana Bangsa kita berasal. Dalam kenangannya, bangsa ini dikenal sebagai bangsa dengan jiwa maritim dan semangat kebaharian yang tinggi yang menyatakan bahwa nenek moyang orang Indonesia adalah pelaut. Kehebatan jiwa maritim ini tidak semata-mata hanya sebatas penjiwaan semata tetapi dilengkapi dengan kesiapan armada Maritim (juga perang) yang tangguh, dimana sebelum Indonesia dikenal, yang lebih dikenal adalah nusantara. Wilayah Nusantara meliputi hampir seluruh kawasan Asia Tenggara. Kejayaan nusantara ini dibukukan oleh masa Kerajaan Majapahit dan Sriwijaya beberapa abad silam. Nah, ulasan pendahuluan ini sebagai cerita masa lalu akan menjadi sejarah atau kenangan?

Antara sejarah dan kenangan

Sepantasnya, cerita masa lalu tentang kejayaan bangsa ini akan kita tetapkan sebagai sejarah atau kenangan? Sejarah adalah suatu kebetulan terjadi di masa yang telah lalu dan benar-benar terjadi, dan kebetulan pula dicatat, biasanya kebenaran sejarah didukung bukti-bukti yang membenarkan peristiwa itu benar-benar terjadi. Dan ilmu yang mempelajari tentang sejarah disebut ilmu sejarah. Nah, disini dapat kita lihat bahwa begitu pentingnya sejarah tersebut, sehingga butuh penelaahan dan penelitian serius sebagai pembuktian pembenarannya. Saking pentingnya sejarah tersebut, Ir. Soekarno Presiden RI pertama mengatakan bahwa Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya. Ini merupakan bentuk penghargaan yang tinggi terhadap sejarah. Secara harfiah, sejarah berasal dari bahasa arab yakni Syajaratun, yang artinya pohon. Dikiaskan sebagai pohon karena pohon adalah sesuatu yang terus tumbuh dan tumbuh. Dari benih, lalu tumbuh menjadi pohon dengan cabang, ranting serta tentunya daun. Kuat tidaknya pohon tersebut ditentukan oleh seberapa kuat akar yang menopang pohon itu kedalam tanah. Begitu spesialnya perkiasan sejarah ini, sehingga sangat menarik untuk dipelajari. Lalu pentingnya dari kesimpulan sejarah ini apa? Sejarah merupakan peristiwa masa lalu dan memiliki hubungan dengan masa kini dan akan datang. Pada peristiwa yang terjadi dapat dianalisis kelebihan dan kekurangan yang ada dari peristiwa itu, dan pengetahuan tersebut dapat meningkatkan kehati-hatian dalam mengambil keputusan pada masa saat ini dengan mempertimbangkan prinsip nilai yang terjadi di masa lalu, karena pada dasarnya peristiwa masa lalu linear dengan masa saat ini dan yang akan datang.

Lalu bagaimana dengan kenangan? Pada dasarnya antara sejarah dan kenangan sama dalam konteks keterjadiannya. Yaitu masa lalu. Kenangan merupakan suatu hal yang hampir bersifat tawar menawar dimana kenangan ini tidak berhubungan dengan masa kini atau datang, ataukah dapat berhubungan. Nah, untuk bagian yang berhubungan, kenangan hanyalah merupakan cerita masa lalu saja, dalam kapasitasnya buruk atau baik, tidak ada follow up dari kenangan tersebut. Dan kapasitas kenangan tersebut sangat sempit dibandingkan dengan sejarah. Jika sejarah meliputi hal yang universal sedangkan kenangan kapasitasnya pada personal atau kelompok saja. Nah, dari sini dapat kita tarik benang merah dengan pertanyaan bahwa, cerita masa lalu kejayaan bangsa Indonesia ini, akan kita posisikan sebagai sejarah atau kenangan?

Ketetapan Persepsi

Jawabannya adalah soal persepsi. Tapi sebatas persepsi saja tidak cukup. Semoga saja kita semua memposisikan cerita kejayaan ini dalam kapasitasnya sebagai sejarah. Lalu bagaimana? Perlu memiliki nilai hukum yang kuat. Karena hal ini menyangkut penetapan orientasi masa depan bangsa ini. Tidak dipungkiri bahwa bangsa kita hampir melupakan sejarahnya (kejayaan maritim). Hal ini dapat dikatakan karena bangsa ini mengalami disorientasi dalam menetapkan langkahnya ke depan. Disorientasi yang terjadi karena kebijakan-kebijakan pemerintah dari kabinet-kabinet sebelumnya sampai saat ini belum ada yang memposisikan “laut” sebagai salah satu arah kebijakan pembangunan ke depan. Nah, penetapan inilah (Kelautan) yang kemudian memiliki nilai hukum, sehingga pembangunan memiliki arah kebijakan yang jelas dan berpotensial.

Tulisan ini tidak bermaksud bahwa kebijakan yang pernah dilakukan contohnya pertanian dengan swasembada pangan adalah keliru. Tetapi dengan kebijakan ini, terjadi pergeseran nilai sejarah. Dimana pemerintah lalu membuat slogan bahwa Indonesia adalah Negara Agraris. Tapi alih-alih kemudian slogan ini menenggelamkan potensial urgent lain sebagai salah satu pondasi pembangunan. Wajar saja hal ini terjadi. Karena kejadian ini merupakan penyakit bangsa ini yang latah. Kelatahan ini karena Indonesia saat itu dan mungkin juga nanti adalah sebagai negeri penebar pesona di dunia internasional. Tak ada yang salah memang. Hanya jika seandainya pemerintah melihat laut sebagai kebijakan yang urgent lalu menebar pesona dan membangun kekuatan lautnya untuk disegani didunia internasional tentunya akan sangat membanggakan. Mengapa tidak?

Cermin Kebijakan Negara-Negara Maju

Kadang kala kita menyalahkan sejarah dengan menyatakan seandainya ini dan itu. Di kalangan pelajar (mahasiswa) pernah mengatakan bahwa keterbelakangan negeri ini dikarenakan dahulu kita dijajah oleh bangsa Belanda. Seandainya kita dijajah oleh Inggris tentu tidak seperti saat ini. Persepsi ini bisa jadi memiliki nilai kebenaran. Jika kita lihat, memang negera-negara bekas jajahan atau pun negeri persemakmuran Inggris cukup maju. Singapura, Malaysia, Hongkong, India, Australia. Negeri-negeri yang saat ini memiliki pendapatan Negara yang tinggi. Tapi sebenarnya, baik siapa pun bangsa yang pernah menjajah negeri ini adalah sama. Mereka adalah penjajah dan memeras negeri ini. Ada satu hal yang menarik dari sejarah ini. Bahwa diantara semua bentuk penjajahan yang pernah terjadi oleh bangsa lain. Ketika mereka meninggalkan negeri ini, ada satu yang tak ditinggal dari mereka. Yakni armada laut. Bangsa-bangsa ini tak meninggalkan bekas yang berhubungan dengan kelautan. Mereka memang meninggalkan armada perang darat dan udara, tapi menarik seluruhnya armada laut. Bisa jadi karena mereka melihat bahwa bangsa ini nantinya akan menjadi besar dengan maritimnya. Seharusnya kita lebih menyadari disini. Karena wilayah negeri ini 2/3 lebih luas wilayah laut dari pada daratan. Tentunya ini merupakan kondisi strategis.

Adalah relevansi dengan melihat negeri-negeri maju di dunia. Singapura yang hanya terdiri dari pulau-pulau kecil di wilayah tepi barat Indonesia memiliki nilai pendapatan yang tinggi sebagai sumber devisa Negara, dengan pelabuhan internasionalnya. Singapura menjadi area perdangan bebas sebagai daerah transit. Norwegia adalah negeri yang memiliki Negara dengan pendapatan tertinggi di dunia dengan lautnya. Dan saat ini Norwegia menjadi kiblat teknologi kelautan. Jepang dengan teknologi berbasis kelautan menjadi negeri pemakan ikan terbanyak ke dua di dunia. Belanda (negeri kincir angin) juga memanfaatkan teknologi kelautan untuk menunjang bangsanya. Inggris, Rusia, dan Amerika. Adalah Negara adidaya yang disegani karena memiliki armada laut yang kuat. Kapal Perang dan kapal Induknya sangat disegani Negara mana pun di dunia. Negeri-negeri maju ini mampu memanfaatkan di atas 4 % potensial lautnya, sedangkan Indonesia hanya di bawah 0,1 % saja. (Seminar Geopolitik, Rektorat ITS 2008). Dapat kita bayangkan, sungguh ironis bukan?

Indonesia memiliki tradisi kecolongan yang mencapai ± 30 triliun rupiah dari hasil laut setiap tahunnya. Dapat dibayangkan, seandainya negeri ini dapat menjaga lautnya dengan baik, logika praktisnya, negeri ini tidak butuh waktu lama untuk melepaskan diri dari jeratan hutang. Potensi laut kita sangat besar. Indonesia adalah Negara dengan pesisirnya yang tepanjang kedua di dunia setelah Kanada (lebih dari 81.000 km) dengan gugusan pulau-pulau sebanyak 17.508 pulau dengan 92 pulau terluar di dalamnya. Kondisi ini sudah akan sangat cukup membangun negeri ini jika keaadaan ini menjadi pilar arah pembangunan ke depan. Baik dari potensi laut (kekayaan alam hayati dan non hayati), transportasi, serta armada perang. Maka ini merupakan tugas besar negeri ini untuk lebih maju.

Butuh reformasi arah kebijakan

Sepanjang pembangunan pada kabinet yang telah berjalan, mungkin melihat arah kebijakan dengan memaksimalkan sektor laut belum terlihat. Maka dalam tugas ini, langkah kongkret apa yang perlu dilakukan? Tentu sebagai awalan dalam lanjutan pembangunan sangat ditentukan oleh para pengambil dan penentu kebijakan. Bagaimana matriksnya, dapat ditentukan oleh sekelompok ahli/praktisi dibidangnya. Dan kita memiliki hal itu semua.

Sayangnya, meskipun sebentar lagi kita akan merayakan pesta demokrasi, belum ada dan belum terlihat menjanjikan dari pihak-pihak yang akan menjadi perwakilan rakyat menjalankan roda pemerintahan. Belum ada yang cukup jeli melihat kondisi umum ini. Isu dan tawaran yang ada masih bersifat klasik. Berjuang untuk rakyat, tapi tak jelas arah kebijakan pembangunannya kemana. Lalu meskipun ada yang sudah mendeskripsikan arah kebijakan, belum ada yang jeli melihat laut sebagai salah satu pondasi pembangunan ke depan. Hanya sering dikatakan bahwa dahulunya bangsa ini adalah bangsa yang besar dan berjaya, tapi belum memahami dimana dan kemana letak kebesaran dan kejayaannya tersebut.

Maka jika para elit pemegang roda pemerintahan memahami hal ini, akan memberikan harapan yang besar bagi pembangunan negeri ini ke depan. Negeri ini memang harus kuat. Dan kekuatan itu dapat disolidasikan dari kekuatan memaksimalkan potensi laut. Kekuatan ekonomi, politik, budaya, dan pertahanan keamanan. Segalanya berakar pada sektor kelautan. Penunjangnya negeri ini butuh teknologi untuk membangunnya. Nah, teknologi ini dapat dibangun dengan mengambil kebijakan terarah pada kelautan. Pembangunan yang berbasis kelautan yang sejalan mampu mengutuhkan negeri agar dihormati harga dirinya. Harga diri yang tercermin dari kesolidan menjaga keutuhan wilayahnya, salah satunya.

0 comments:

Post a Comment

 
 
Copyright © Bacaan Abang
Blogger Theme by BloggerThemes Design by Diovo.com