Sejarah Candi Kidal

Sedikit sudah disinggung di muka bahwa Candi Kidal merupakan tempat pendharmaan raja Anusapati yang diduga selesai dibangun pada tahun 1260 bersamaan dengan upacara cradha, yaitu upacara pelepasan arwah yang terakhir. Nama raja Anusapati diberitakan dalam kitab Negarakertagama dan Paraton. Sampai saat ini tidak didapatkan prasasti dari jaman pemerintahan raja ini. Di dalam Negarakertagama nama Anusapati adalah Anusanatha. Ia memerintah di kerjaan Singasari mulai tahun 1227 sampai 1248. Disebutkan pada masa pemerintahannya kerajaan dalam keadaan aman sentosa. Ia meninggal pada tahun 1248, dan didharmakan I Kidal. Kitab Paraton justru menceritakan lebih lengkap lagi. Asal usul Anusapati dikisahkan sebagai berikut :

“….ya ta apanggih ken Angrok lawan ken Dedes, sampun ta sira abobot tigang lek katinggal denira Tunggul Ametung, kaworan denira kenAngrok, atyanta denira silihasih sira ken Angrok lawan ken Dedes, alawas papanggihira. Genep leking rare mijil anakira ken Dedes lanang, patutanira Tunggul Ametung, ingranan sang Anusapati, papanjinira sang apanjy Anengah”.

Anusapati atau juga yang bergelar panji Anengah adalah putra ken Dedes dengan Tunggul Ametung. Ketika ia masih berada dalam kandungan ibunya, ibunya dinikahi oleh ken Angrok. Dengan demikian ia adalah anak tiri dari ken Angrok yang diakunya sebagai anaknya sendiri. Sedangkan ken Angrok sendiri dengan ken Dedes mempunyai 4 orang anak, yaitu Mahisa Wong ateleng, Panji Saprang, Agnibhaya, dan dewa Rimbu. Dengan ken Umang, istri ken Angrok yang lain, mempunyai 4 anak juga, yaitu panji Tohjaya, panji Sudhatu, twan Wregola, dan dewi Rambi.

Selanjutnya dikisahkan bahwa dalam perjalanan hidupnya, Anusapati mendapat perlakukan yang berbeda dari ken Angrok daripada saudara-saudaranya yang lain. Hal itulah yang menyebabkan Anusapati bertanya kepada ibunya, ken Dedes. Ken Dedes sendiri melihat gejala perlakuan yang lain tersebut sangat membebani perasaannya. Oleh karena itulah ken Dedes dengan terpaksa memberitahukan kepada anaknya bahwa Anusapati sebenarnyabukan putra kandung ken Anrok. Lebih jauh rahasia yang selama ini dipendamnya dibuka dihadapan anaknya bahwa ayah Anusapati mati dibunuh oleh ken Angrok.

Mengetahui hal yang sebenarnya tentang siapa ayahnya, Anusapati diam-diam mengatur siasat. Dimintanya pusaka ken Angrok dari ibunya yaitu keris mpu Gandring. Setelah pusaka ken diberikan, Anusapati menyuruh seorang ‘pengalasan’ (Zoetmulder dalam kamus Jawa kuno mengartikan pengalasan dengan ‘kelompok abdi kerajaan atau pejabat di bawah juru pengalasan’. Tetapi Pigeaut mengartikan dengan ‘para penjaga kerajaan’), dari daerah Batil untuk membunuh ken Angrok. Demikianlah akhirnya ken Angrok mati terbunuh. Untuk menghilangkan jejaknya, Anusapati segera membunuh pula pengalasan dari Batil tersebut.

Sepeninggalan ken Angrok, Anusapati menggantikan menjadi raja di Tumapel. Beberapa waktu lamanya peristiwa tersebut tidak terkuak rahasianya. Namun suatu ketika terbongkar juga. Berita terbunuhnya ken Angrok oleh orang suruan Anusapati sampai ke telinga anak ken Angrok yang lain, yaitu Tohjaya. Demikianlah dengan siasat yang rapi Tohjaya berhasil pula membunuh Anusapati.

Begitulah riwayat tentang raja Anusapati sebagai raja ke dua di Tumapel (Singasari) menurut Paraton. Hal yang perlu menjadi catatan perhatian dalam sejarah awal kerajaan Singasari terutama cerita ken Angrok hingga Anusapati, kita hanya bertumpu pada Pararaton. Sedangkan kitab Negarakertagama hanya menceritakan sekelumit fakta bahwa di kerajaan Singasari pernah memerintah seorang raya yang bernama Sri Rajasa dan penggantinya sang Anusanatha. Dengan adanya bukti baru berupa prasasti Mulamalurung yang berangka tahun 1252 M, jalannya sejarah masa awal kerajaan Singasari perlu untuk diteliti dan dikaji kembali


Selanjutnya "Diskripsi Bangunan Candi Kidal"

0 comments:

Post a Comment

 
 
Copyright © Bacaan Abang
Blogger Theme by BloggerThemes Design by Diovo.com